Monday, January 31, 2011

Tanda Amal Tidak Diterima Allah



[caption id="" align="alignright" width="300" caption="Image via Wikipedia"]Bismillah, the first verse of the first "...[/caption]


Assalamualaikum,

Sekian lama aku tidak menulis, agak sibuk kebelakangan dengan keshitana yang tidak berapa mengizinkan. Sebentar tadi dalam aku sedang mencari sesuatu, aku terjumpa sebuah buku yang agak lama juga perolehinya. Sebuah buku yang berjudul "Cerita Serta Doa Dari Hadith dan Al-Quran". Tak silap aku buku tersebut aku perolehi dari kampung kepunyaan bapa ku.

Sambil  aku membelek2 buku tersebut, terserempak aku dengan tajuk, "Tanda Amal Yang TIdak Diterima Allah". Sebuah tajuk yang menarik dan aku ingin berkongsi bersama, dan berbunyi sebegini:
Siapa yang melakukan empat macam kemudian ia tidak bertambah baik, maka itu tanda tidak diterima amalnya.

  1. Siapa yang berjihad, kemudian ia kembali tidak bertambah kebaikan, maka itu tanda jihadnya tidak diterima oleh ALLAH.

  2. Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian tidak bertambah kebaikan, maka itu tandanya puasanya tidak diterima.

  3. Orang yang naik haji kemudian tidak tambah amal kebaikannya, maka itu tanda tidak diterima amalan hajinya.

  4. Orang yang sakit lalu sesudah sembuh tidak bertambah baik amal perbuatannya, maka itu tanda bahawa dosa-dosanya belum ditebus.


Seorang hakim berkata:

Siapa yang mengaku tiga perkara di bawah, maka dia ditertawakan oleh syaitan:

  1. Siapa yang mengaku dapat merasa manisnya taat, padahal dia cinta pada dunia.

  2. Siapa yang mengaku reda pada ALLAH s.w.t padahal dia tidak membenci hawa nafsunya.

  3. Siapa yang mengaku ikhlas padahal dia ingin dipuji orang.


Tanda seseorang itu telah tertipu ada tiga:

  1. Mengumpulkan apa yang tidak berguna baginya

  2. Bertambah-tambah dosanya sehingga membinasakannya.

  3. Meninggalkan amal yang dapat menyelamatkannya.


Dan tanda orang yang mengharap kepada ALLAH s.w.t itu juga tiga:

  1. Hatinya digunakan untuk berzikir (mengingati ALLAH)

  2. Lidahnya untuk berzikir

  3. Badannya untuk beramal.



Penghulu Segala Istighfar



بسم الله الرحمن الرحيم


[caption id="attachment_944" align="aligncenter" width="400" caption="Penghulu Istighfar"]Penghulu Istighfar[/caption]
Maksudnya: "Ya ALLAH, Engaku Tuhanku tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya, melainkan Engkau yang telah menjadikan ku. Hamba abdiMu, akan tetapi aku tidak mampu menunaikan janjiMu, dan janji prasetia kepada Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan perbuatan yang telah aku lakukan. Aku tetap mengakui dengan kenikmatan-Mu yang telah Engkau kurniakan kepadaku, dan aku mengakui pula dosaku. Maka ampunilah aku, kerana tiada mengampun segala dosa melainkan hanyalah Engkau."

Firman Allah s.w.t surah Muhammad, Ayat 31:



بسم الله الرحمن الرحيم



Surah Muhammad (47:31)




Surah Muhammad (47:31)




Maksudnya: "Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu."

Tanda Amal Tidak Diterima Allah

Assalamualaikum,

Bismillah, the first verse of the first "...
Image via Wikipedia
Sekian lama aku tidak menulis, agak sibuk kebelakangan dengan keshitana yang tidak berapa mengizinkan. Sebentar tadi dalam aku sedang mencari sesuatu, aku terjumpa sebuah buku yang agak lama juga perolehinya. Sebuah buku yang berjudul "Cerita Serta Doa Dari Hadith dan Al-Quran". Tak silap aku buku tersebut aku perolehi dari kampung kepunyaan bapa ku.

Sambil  aku membelek2 buku tersebut, terserempak aku dengan tajuk, "Tanda Amal Yang TIdak Diterima Allah". Sebuah tajuk yang menarik dan aku ingin berkongsi bersama, dan berbunyi sebegini:

Friday, January 14, 2011

Tentang Hari Jumaat



[caption id="" align="alignright" width="300" caption="Image via Wikipedia"]A congregation of worshipers attentively liste...[/caption]


Assalamualaikum,

Adapun baru-baru ini aku menghadiri sebuah kuliyyah Maghrib, di dalam kuliyyah tersebut Ustaz Johari ada menerangkan serba sedikit tentang hari Jumaat. Ianya berkenaan beberapa perkara larangan dan adab-adab pada hari yang mulia ini. Disebabkan topik tersebut telahpun diperbincangkan pada bulan lepas dan aku telahpun terlepas kuliyyah tersebut kerana aku terpaksa pulang lewat dari tempat kerja, lantas aku mencari di internet tentang topik tersebut dan apa yang aku ketemui ingin aku kongsikan bersama di sini.

Adab-Adab Di Hari Jumaat

  1. Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
    مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنْ النُّورِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ
    “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam jumat maka dia akan diterangi oleh cahaya antara jumat itu hingga jumat depannya.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6470)

  2. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
    “Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari jumat, “Diamlah,” sementara imam sedang memberikan khutbah, maka sungguh kamu sudah berbuat sia-sia.” (HR. Al-Bukhari no. 414 dan Muslim no. 851)

  3. Dari Aus bin Aus radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ
    “Sesungguhnya hari jumat adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik, karenanya perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, sementara engkau telah meninggal?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan atas bumi untuk menghancurkan jasad para nabi shallallahu ‘alaihim.” (HR. Abu Daud no. 1047 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2212)


Penjelasan ringkas:
Di antara adab-adab pada hari jumat yang dianjurkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk dilakukan -karena besarnya pahala yang ada di dalamnya- adalah disunnahkan untuk membaca surah Al-Kahfi di malam jumat serta memperbanyak shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam pada malam dan siang hari jumat. Dan beliau juga melarang untuk melakukan semua amalan yang bisa mengganggu manusia mendengarkan khutbah, semisal datang terlambat lalu melangkahi leher-leher mereka dan juga berbicara, walaupun tujuan pembicaraannya adalah untuk amar ma’ruf nahi mungkar.

Dan di antara dalil yang menunjukkan keutamaan bershalat kepada beliau pada hari jumat adalah hadits Anas bin Malik radhiallahu anhu secara marfu’:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَليلَةَ الْجُمُعَةِ, فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشَرًا.
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat, karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali.” (HR. Al-Baihaqi (3/249) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1407)

Kesalahan-kesalahan Pada Hari Jumaat

  1. Mengkhususkan malam Jum’at untuk sholat malam dan berpuasa di siang harinya. Ini terlarang berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Muhammad bin ‘Abbad bin Ja’far, beliau berkata, “Saya bertanya kepada Jabir, ["Apakah Rasululah -Shallallahu 'alaihi wasallam- melarang untuk berpuasa pada hari Jum'at?"], beliau menjawab, ["Ya"]“.
    Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohihnya bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    لاَ تَخْتَصُّوْا لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي, وَلاَ تَخْتَصُّوْا يَوْمَ الْجُمْعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ, إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ فِي صَوْمٍ يَصُوْمُهُ أَحَدُكُم
    “Jangan kalian mengkhususkan sholat malam pada malam Jum’at dan jangan pula kalian mengkhususkan berpuasa pada hari Jum’at, kecuali puasa yang salah seorang di antara kalian biasa berpuasa padanya”.
    Larangan (dalam hadits) ini -menurut jumhur- adalah bermakna makruh, dan menurut sekelompok ulama -di antaranya Syaikhul Islam- adalah bermakna haram. Dan tidak masuk ke dalam larangan jika pengkhususan (terhadap hari Jum’at untuk berpuasa) dikarenakan berpuasa Hari Arafah atau ‘Asyura` atau bagi orang yang berpuasa sehari dan berbuka sehari (1). Kebanyakan ulama menyatakan karena hal itu termasuk ke dalam sabda beliau -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, “Kecuali puasa yang salah seorang di antara kalian biasa berpuasa padanya”.

  2. Bergampangan dalam mendengarkan khutbah Jum’at atau berbicara ketika imam berkhutbah. Mendengarkan khutbah dan diam untuk mendengarnya adalah perkara yang sangat dituntut, dan larangan untuk berbicara dan (larangan) untuk tidak memperhatikan (khutbah) disebutkan dalam hadits-hadits yang banyak. Di antaranya sada beliau -Shallallahu ‘alaihi wasallam-:
    إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ: (أَنْصِتْ) وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
    “Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum’at, “Diamlah kamu” sementara imam sedang berkhutbah, maka sungguh engkau telah berbuat kesia-siaan”. Muttafaqun ‘alaihi
    Ucapan “diamlah kamu” teranggap memutuskan perhatian dari mendengar khutbah walaupun sebentar sehingga menghasilkan kesia-siaan. Ini adalah keadaan orang yang menasehati (baca: menegur), maka bagaimana lagi dengan orang yang berbicara pertama kali (yang ditegur-pent.)
    Al-Hafzh menyatakan dalam Al-Fath, “Maka jika beliau (Nabi) menghukumi ucapan “diamlah kamu” -padahal dia adalah orang yang beramar ma’ruf- sebagai kesia-siaan, maka ucapan yang lainnya lebih pantas dianggap sebagai kesia-siaan”(2).

  3. Berjual beli setelah adzan kedua. Tidak halal mengadakan transaksi jual beli setelah adzan(3) dan jual belinya teranggap fasid (rosak/tidak sah), berdasarkan firman Allah -Ta’ala-:
    يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
    “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jum`at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli”. (QS. Al-Jumu’ah: 9)
    Maka dalam ayat ini Allah melarang berjual beli setelah adzan, yakni adzan kedua. Jual belinya fasid karena (melanggar) larangan mengharuskan fasad (rosak/tidak sah).

  4. Solat setelah adzan ketika khathib masuk, yang dikenal dengan nama (solat) sunnah (qabliyah) Jum’at. Solat ini bukanlah sunnah dan tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam-. Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata ketika menjelaskan petunjuk Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam masalah ini, “Jika Bilal sudah selesai adzan maka NaBi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- langsung berkhutbah dan tidak ada seorangpun yang berdiri mengerjakan (sholat) dua raka’at sama sekali, dan tidak ada adzan (pada hari Jum’at-pent.) kecuali satu kali. Hal ini menunjukkan bahwa (sholat) Jum’at sama seperti (sholat) ‘Id yang tidak mempunyai (sholat) sunnah sebelumnya. Inilah yang paling benar di antara 2 pendapat ulama dan inilah yang ditunjukkan oleh sunnah”. Kemudian beliau berkata, “Dan barangsiapa yang menyangka bahwa mereka (para sahabat-pent.) semuanya berdiri -tanpa kecuali- lalu mengerjakan 2 raka’at setelah selesainya Bilal mengumandangkan adzan, maka dia adalah orang yang paling bodoh tentang sunnah. Apa yang kami sebutkan ini berupa tidak adanya (sholat) sunnah sebelum Jum’at adalah madzhab Malik, Ahmad -menurut yang paling masyhur dari beliau-, dan salah satu sisi (pendapat) di kalangan ashhab (pengikut) Syafi’i”. Sampai akhir ucapan beliau.

  5. Melangkahi tengkuk-tengkuk manusia (jama’ah). Ini termasuk kesalahan yang tersebar dan merupakan bentuk gangguan kepada orang-orang yang sholat yang datang lebih dahulu. Telah ada hadits-hadits yang melarang darinya, (di antaranya) dari ‘Abdullah bin Busr -radhiallahu ‘anhuma- beliau berkata, “Seorang lelaki datang (ke masjid) pada hari Jum’at lalu melangkahi tengkuk-tengkuk jama’ah sementara Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- sedang berkhutbah, maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    اِجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ وَآنَيْتَ
    “Duduklah kamu, sungguh kamu telah mengganggu dan membuat orang terlambat.” Riwayat Ahmad, Abu Daud, An-Nasa`i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan yang lainnya dengan lafadz-lafadz yang hampir sama, sedang lafadz ini adalah lafadz Ahmad.

  6. Memperpanjang khutbah dan mempersingkat sholat. Ini menyelisihi sunnah, karena yang merupakan sunnah adalah mempersingkat khutbah, memendekkannya dan tidak memperbanyak ucapan yang tidak bermanfaat, serta memperpanjang sholat. Dari ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa, beliau berkata:
    كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُطِيْلُ الصَّلاَةَ وَيَقْصُرُ الْخُطْبَةَ
    “Adalah Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- biasa memperpanjang sholat dan mempersingkat khutbah”. Riwayat An-Nasa`i.
    Dan dari ‘Ammar bin Yasir beliau berkata, saya mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مُئْنَةٌ مِنْ فِقْهِهِ, فَأَطِيْلُوْا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرًا
    “Sesungguhnya panjangnya sholat dan singkatnya khutbah seseorang merupakan tanda kefaqihannya. Maka panjangkanlah sholat dan persingkatlah khutbah, sesungguhnya di antara bentuk penjelasan ada yang merupakan sihir”. Riwayat Muslim
    Maka dalam hadits ini terdapat perintah untuk memperpanjang sholat dan mempersingkat khutbah, sehingga terkumpullah dalam masalah ini ucapan dan perbuatan beliau.

  7. Menyentuh (baca: bermain dengan) kerikil atau melakukan perbuatan sia-sia (baca: bermain-main) dengan menggunakan tasbih (arab: misbahah) dan semisalnya(4). Ini adalah hal yang terlarang, termasuk di dalamnya bermain dengan al-gutroh atau pakaian atau alas masjid (sajadah atau terpal atau karpet-pent.) atau dengan siwak atau selainnya, seperti: tasbih, jam tangan, dan polpen. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohihnya, bahwa Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمْعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ, غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ, وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَى
    “Barangsiapa yang berwudhu lalu memperbaiki wudhunya kemudian dia mendatangi (Sholat) Jum’at, dia mendengarkan (khutbah) dan diam, maka akan diampuni dosa-dosanya antara Jum’at ini dengan Jum’at yang akan datang ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang menyapu kerikil (dengan tangannya) maka sungguh dia telah berbuat sia-sia”.

  8. Menyendirikan hari Jum’at untuk berpuasa.
    Ada banyak hadits yang menerangkan tentang larangan menyendirikan hari Jum’at untuk berpuasa, di antaranya adalah hadits Abu Hurairah -radhiallahu ‘anhu- beliau berkata, saya mendengar Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    لاَ يَصُوْمَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمْعَةِ إِلاَّ أَنْ يَصُوْمَ يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ
    “Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali dia berpuasa sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”. Muttafaqun ‘alaih dan ini adalah lafadz Imam Al-Bukhari.
    Dalam Shohih Muslim, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
    لاَ تُخُصُّوْا يَوْمَ الْجُمْعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ سَائِرِ الْأَيَّامِ إِلاَّ أَنْ يَكُوْنَ فِي صَوْمٍ يَصُوْمُهُ أَحَدُكُمْ
    “Jangan kalian mengkhususkan hari Jum’at dari hari-hari lainnya dengan berpuasa, kecuali puasa yang kalian biasa berpuasa dengannya “.
    Dan dalam Shohih Al-Bukhari dari Juwairiyah bintu Al-Harits (beliau bercerita) bahwa Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah masuk kepada beliau pada hari Jum’at sedang beliau dalam keadaan berpuasa, maka Nabi bersabda:
    أَصُمْتِ أَمْسِ؟ قَالَتْ: لاَ. قَالَ: فَتُرِيْدِيْنَ أَنْ تَصُوْمِي غَدًا؟ قَالَتْ: لاَ. قَالَ: فَأَفْطِرِي
    “Apakah kamu berpuasa kemarin?”, dia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu akan berpuasa besok?”, dia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Kalau begitu berbukalah kamu sekarang”.  Dan hadits-hadits (dalam masalah ini) sangat banyak. Adapun hikmah larangan -wallahu a’lam- adalah apa yang disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam ucapan beliau, “Untuk menutup sarana masuknya apa-apa yang bukan agama ke dalam agama, dan wajib untuk menyelisihi ahli kitab dalam hal mengkhususkan sebagian hari untuk tidak mengerjakan amalan-amalan duniawi. Dan juga ditambahkan bahwa hari ini (Jum’at), tatkala keutamaannya dibandingkan hari-hari lainnya sangat jelas maka alasan untuk berpuasa padanya sangat kuat, sehingga jadilah dia (Jum’at) sebagai hari yang manusia berbondong-bondong berpuasa padanya dan merayakannya dengan apa-apa yang mereka tidak rayakan dengan berpuasa pada hari-hari lainnya, dan dalam hal ini ada perbuatan menambahkan ke dalam syari’at apa-apa yang bukan bagian darinya. Karena hal inilah -wallahu A’lam- dilarang untuk mengkhususkan malam Jum’at untuk sholat dibandingkan malam-malam lainnya karena dia merupakan malam yang paling utama …”. Dan telah berlalu dalam point pertama tentang hukum menyendirikan hari Jum’at untuk berpuasa jika dia bertepatan dengan (puasa) ‘Arafah atau Asyuro` bahwa hal tersebut tidaklah mengapa. 

    Maksudnya jika kebetulan puasa-puasa ini jatuhnya pada hari Jum’at.  Termasuk di dalamnya ketika seseorang berbicara menyuruh orang lain untuk mengedarkan celengan jumat atau ucapan lain yang diucapkan jamaah sementara khutbah berlangsung. Maka tidak termasuk ucapan sia-sia, ucapan yang diucapkan ketika khatib sedang duduk di antara dua khutbah dan tidak termasuk darinya percakapan yang terjadi antara khatib dan jamaah, sebagaimana yang tersebut dalam beberapa hadits. Yakni bagi orang yang wajib untuk menghadiri jum’at. Adapun kaum wanita atau anak lelaki yang belum balig maka diperbolehkan bagi mereka berjual beli walaupun telah azan jum’at karena mereka tidak diwajibkan shalat jum’at.  Termasuk hal yang dimakruhkan adalah menyilangkan jari-jari kedua tangan sebelum shalat, berdasarkan beberapa hadits yang hasan dari seluruh jalan-jalannya, di antaranya adalah hadits Ka’ab bin Ujrah, Abu Hurairah, dan selainnya. Dan bisa termasuk di dalamnya perbuatan mengedarkan celengan jumat karena hal itu bisa membuat seseorang lalai dari mendengar khutbah sebagaimana yang telah berlalu. Karenanya hendaknya celengan jumat diedarkan sebelum khutbah atau setelah shalat jumat, wallahu a’lam.








Sumber :

Tentang Hari Jumaat


A congregation of worshipers attentively liste...
Image via Wikipedia
Assalamualaikum,

Adapun baru-baru ini aku menghadiri sebuah kuliyyah Maghrib, di dalam kuliyyah tersebut Ustaz Johari ada menerangkan serba sedikit tentang hari Jumaat. Ianya berkenaan beberapa perkara larangan dan adab-adab pada hari yang mulia ini. Disebabkan topik tersebut telahpun diperbincangkan pada bulan lepas dan aku telahpun terlepas kuliyyah tersebut kerana aku terpaksa pulang lewat dari tempat kerja, lantas aku mencari di internet tentang topik tersebut dan apa yang aku ketemui ingin aku kongsikan bersama di sini.

Adab-Adab Di Hari Jumaat
  1. Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
    مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنْ النُّورِ مَا بَيْنَ الجُمْعَتَيْنِ
    “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam jumat maka dia akan diterangi oleh cahaya antara jumat itu hingga jumat depannya.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6470)
  2. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
    “Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari jumat, “Diamlah,” sementara imam sedang memberikan khutbah, maka sungguh kamu sudah berbuat sia-sia.” (HR. Al-Bukhari no. 414 dan Muslim no. 851)
  3. Dari Aus bin Aus radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
    إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ
    “Sesungguhnya hari jumat adalah di antara hari-hari kalian yang terbaik, karenanya perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian disampaikan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, sementara engkau telah meninggal?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan atas bumi untuk menghancurkan jasad para nabi shallallahu ‘alaihim.” (HR. Abu Daud no. 1047 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2212)

Thursday, January 13, 2011

Jenis Jin Dan Tugas

Assalamualaikum,

Dah lama tak menulis, agak sibuk dengan pelbagai kerja harian. Agak kesenangan sikit malam ini, baru sahaj pulang dari menghadiri kuliyyah Maghrib lantas aku capai buku ayng sememangnya menjadi tempat unutk aku merujuk beberapa perkara berkenaan dengan kejadian mistik. Aku aku kongsikan bersama di sini...

Jin adalah suatu nama kepada satu-satu makhluk secara umum.

'Ifrit : Adalah golongan jin yang mempunyai daya menipu, kekuatan yang luar biasa yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah s.w.t. sebagaimana firman-Nya:

[caption id="attachment_904" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Naml : 39"][/caption]

Maksudnya: "Berkatalah Ifrit dari golongan jin: "Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah".


Perkataan 'Ifrit hanya sekali sahaja yang disebut di dalam al-Quran

Syaitan : Adalah ketua segala anasir yang membuat kebinasaan, kafir, fasik, sombong, enggan sujud kepada Adam a.s. dan dia dikutuk dan dilaknat.

Al-Marid : Sejenis jin juga dan lebih degil dan jahat. (Disebut di dalam al-Quran sebanyak tiga kali.

[caption id="attachment_905" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Nisa : 117"][/caption]

Maksudnya: "Apa yang mereka sembah yang lain dari Allah itu, hanyalah berhala-berhala (makhluk-makhluk yang lemah), dan mereka (dengan yang demikian) tidak menyembah melainkan Syaitan yang derhaka"




[caption id="attachment_906" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Hajj : 3"][/caption]

Maksudnya: "Dan ada di antara manusia yang membantah perkara-perkara yang berhubung dengan Allah dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan, dan ia menurut tiap-tiap syaitan yang telah sebati dengan kejahatan."




[caption id="attachment_907" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Saffat : 7"][/caption]

Maksudnya: "Dan (Kami pelihara urusan langit itu) dengan serapi-rapi kawalan dari (masuk campur) tiap-tiap Syaitan yang derhaka"


Al-Awamir : Kerana ia lama tinggal di rumah manusia, mereka tinggal di rumah-rumah keluarga baik dan juga keluarga jahat. Mereka suka mengusik. Baginda Rasulullah s.a.w. melarang kita daripada membunuh jin yang tinggal di rumah kita apabila ia menyerupai binatang seperti ular melainkan setelah diberi amawan sebanyak tiga kali. Kalau tidak keluar juga bolehlah dibunuh dan tidak berdosa. Diriwayatkan satu sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abi Said al-Khudri:

Maksudnya: "Sesungguhnya di Madinah ada golongan jin yang telah menganut agama Islam. Barang siapa yang melihat sesuatu daripada golongan Awamir (jin yang tinggal di rumah) maka hendaklah mengarahkan ia keluar (sebanyak tiga kali). Jika jin itu enggan keluar bolehlah dibunuh selepas itu kerana ia adalah syaitan."

Oleh kita perlu ingat supaya tidak tergesa-gesa membunuhnya sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w.:

Maksudnya: "Jangan kamu membunuh jin melainkan setiap yang jahat yang suka melakukan kejahatan. Sesungguhnya ia menggugurkan kandungan anak (dalam perut) dan menghilangkan penglihatan oleh itu bunuhlah mereka." (Riwayat Imam Bukhari)


Al-Arwah : Ialah sejenis jin yang suka mengganggu kanak-kanak. Mengaenai nama al-Arwah ini, Ukasyah Abdul Mannan al-Taiyibi di dalam bukunya tidak bersetuju dengan nama ini. Katanya setelah dikaji perkataan al-Arwah atau mufradnya (singular) roh di dalam al-Quran tidak terdapat makna jin atau syaitan tetapi merangkumi erti atau makna yang lain seperti:

 

[caption id="attachment_910" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Baqarah : 253"][/caption]

Maksudnya: "Dan Kami berikan Nabi Isa ibni Maryam beberapa keterangan kebenaran (mukjizat), serta Kami kuatkan dia dengan Ruhul-Qudus (Jibril)."


Maka roh di sini diterjemahkan sebagai Jibril.

 

 

[caption id="attachment_911" align="aligncenter" width="540" caption="Surah Yusuf: 87"][/caption]

 

Maksudnya: "Wahai anak-anakku! Pergilah dan intiplah khabar berita mengenai Yusuf dan saudaranya (Bunyamin), dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat serta pertolongan Allah."


Yang dimaksudkan di sini ialah rahmat Allah.

 

[caption id="attachment_912" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Waqi'ah : 89"][/caption]

Maksudnya: "Maka (ia akan beroleh) rehat kesenangan, dan rahmat kesegaran, serta Syurga kenikmatan."


Roh di sini diterjemahkan sebagai kerehatan.

 

[caption id="attachment_913" align="aligncenter" width="540" caption="Surah al-Isra' : 85"][/caption]

 

Maksudnya: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: "Roh itu dari perkara urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit sahaja".


 

Roh di sini adalah makhluk sama ada roh manusia atau pun haiwan. Ataupun di dalam bahawa Melayu diterjemahkan sebagai nyawa.

 

[caption id="attachment_914" align="aligncenter" width="540" caption="Surah Sad : 72"][/caption]

 

Maksudnya: " Kemudian apabila Aku sempurnakan kejadiannya, serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu sujud kepadanya ".


Maka pengertian roh di sini adalah roh yang ditiupkan ke dalam jasad Adam itu iaitu nyawa. Setelah kita lihat di dalam ayat-ayat yang disebutkan dan di dalam ayat-ayat lain ternyatalah tidak ada satu pun ayat yang mengatakan roh/arwah itu adalah jin. Sebagaimana diriwayatkan oleh Rasulullah s.a.w.:

Maksudnya: "Janganlah kamu menyumpah angin kerana ia adalah daripada rahmat Allah."


Semoga penulisan ini dapat memberi serba sedikit pengetahuan buat kita semua.

Sumber: JIN: Hakikat & Pengubatan (terbitan Telaga Biru - Dato' Hj. Ismail Kamus)

Jenis Jin Dan Tugas

Assalamualaikum,

Dah lama tak menulis, agak sibuk dengan pelbagai kerja harian. Agak kesenangan sikit malam ini, baru sahaj pulang dari menghadiri kuliyyah Maghrib lantas aku capai buku ayng sememangnya menjadi tempat unutk aku merujuk beberapa perkara berkenaan dengan kejadian mistik. Aku aku kongsikan bersama di sini...

Jin adalah suatu nama kepada satu-satu makhluk secara umum.

'Ifrit : Adalah golongan jin yang mempunyai daya menipu, kekuatan yang luar biasa yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah s.w.t. sebagaimana firman-Nya:
Surah al-Naml : 39
Maksudnya: "Berkatalah Ifrit dari golongan jin: "Aku akan membawakannya kepadamu sebelum engkau bangun dari tempat dudukmu, dan sesungguhnya aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah".

Wednesday, January 5, 2011

Beribadat Melalui Teknologi

Assalamualaikum,

Dari tajuk di atas, mungkin ada di antara pernah terbaca beberapa artikel yang ditulis. Namun apa yang akan aku sampaikan di sini adalah amat berbeza. Pernah kita terfikir dengan pembangunan teknologi yang begitu pesat, perlbagai “Gadget” dicipta bagaikan cendawan yang tumbuh setelah hujan.

Pelbagai jenis dan platfom aplikasi yang dicipta bagi memudahkan pengguna untuk melayari internet, “chatting”, bersosial dan pelbagai lagi. dan semua ini dapat dimuatkan di dalam poket, tas tangan dan sebagainya. Tidak pernah atau terdetik di hati kita, jika ianya dipergunakan untuk beribadat.

Banyak yang dapat kita lihat ada di antara kita yang sanggup menghabiskan wang kerana ingin memiliki alat-alat canggih ini. Antaranya seperti BlackBerry, iPhone dan yang terbaru adalah iPad. Kesemua ini membolehkan pengguna memuat turun pelbagai aplikasi dan kebanyakkannya adalah percuma.

Ada sesuatu yang menarik perhatianku semalam, semasa aku ingin menunaikan Solat ‘Asar di surau tempat kerja, aku terpandang seseorang yang sedang membaca al-Quran. Kalau diikutkan tentulah tiada apa yang menarik bagi seseorang yang sedang membaca al-Quran kecuali jika bacaan sesedap bacaan Saad Al-Ghamzi ataupun Abdul Rahman al-Sudais.

Namun yang begitu menarik adalah beliau membaca al-Quran melalui iPad. Ye….iPad.. Inilah yang ingin aku sampaikan di sini. Sebenarnya saudara tersebut sememangnya rajin membaca al-Quran. Setiap kali aku ke surau untuk bersolat nescaya beliau akan ada di sana sambil membaca al-Quran. Terutama pada waktu makan.

IMAG_0657Banyak perisian-perisian di internet yang percuma boleh dimuatturun untuk kita beribadat namun hanya segelintir di antara kita yang begitu perihatin untuk memuatturunnya. Bahkan kita sanggup memuatturun benda-benda yang tidak berfaedah seperti video-video lucah, gambar-gambar perempuan berpakaian tidak senonoh dan sebagainya..

Ada juga di antara kita yang sanggup melanggan “Mobile Broadband” hanya semata-mata untuk melayari internet iaitu untuk bersosial, namun  kita tidak sanggup bersedekah ke jalan Allah. Tidak semestinya kita membaca al-Quran pada waktu yang tertentu, kita boleh membacanya apabila kita di dalam kelapangan, seperti  di dalam bas, komuter, sambil menunggu suami atau isteri, di stesen bas dan sebagainya. Nescaya kita akan berasa tenang dan Insya Allah kita akan dilindungi oleh-Nya.

Di sini aku sertakan beberapa “link” bagi memudahkan kita untuk memuatturun:

  1. Quran Recitation for Mobile Phones 2 for Symbian
  2. Quran Recitation for Mobile Phones – FREE
  3. Islamic Supplications/Dua/Prayers For Mobile Phones – FREE
  4. Mobile Qiblah Sun For Cell Phones – FREE
  5. Hadith Qudsi For Mobile Phones – FREE
  6. Azan Times for Worldwide Prayers For Mobile Phones 2.9 with full Features - FREE

Beribadat Melalui Teknologi

Assalamualaikum,
Dari tajuk di atas, mungkin ada di antara pernah terbaca beberapa artikel yang ditulis. Namun apa yang akan aku sampaikan di sini adalah amat berbeza. Pernah kita terfikir dengan pembangunan teknologi yang begitu pesat, perlbagai “Gadget” dicipta bagaikan cendawan yang tumbuh setelah hujan.
Pelbagai jenis dan platfom aplikasi yang dicipta bagi memudahkan pengguna untuk melayari internet, “chatting”, bersosial dan pelbagai lagi. dan semua ini dapat dimuatkan di dalam poket, tas tangan dan sebagainya. Tidak pernah atau terdetik di hati kita, jika ianya dipergunakan untuk beribadat.
Banyak yang dapat kita lihat ada di antara kita yang sanggup menghabiskan wang kerana ingin memiliki alat-alat canggih ini. Antaranya seperti BlackBerry, iPhone dan yang terbaru adalah iPad. Kesemua ini membolehkan pengguna memuat turun pelbagai aplikasi dan kebanyakkannya adalah percuma.
Ada sesuatu yang menarik perhatianku semalam, semasa aku ingin menunaikan Solat ‘Asar di surau tempat kerja, aku terpandang seseorang yang sedang membaca al-Quran. Kalau diikutkan tentulah tiada apa yang menarik bagi seseorang yang sedang membaca al-Quran kecuali jika bacaan sesedap bacaan Saad Al-Ghamzi ataupun Abdul Rahman al-Sudais.
Namun yang begitu menarik adalah beliau membaca al-Quran melalui iPad. Ye….iPad.. Inilah yang ingin aku sampaikan di sini. Sebenarnya saudara tersebut sememangnya rajin membaca al-Quran. Setiap kali aku ke surau untuk bersolat nescaya beliau akan ada di sana sambil membaca al-Quran. Terutama pada waktu makan.

Monday, January 3, 2011

Apakah Hukum Pekerja Bank

Assalamualaikum,

Dah agak lama tidak menulis. Maklumlah, agak sibuk dengan urusan kerja dan mengurus majlis perkahwinan adik ipar bongsu.

Sebentar tadi sambil aku melepaskan lelah dan berehat, aku melayari FB, dan terlihat sebuah video yang bertajuk “Muslihat Bank Islam”. Terbaca dari tajuknya agak menarik, apakah muslihatnya? Adakah ianya sebuah institusi perbankkan di Malaysia. Lantas aku melayani vidoe tersebut, ianya adalah sebuah ceramah agama, di mana aku pun tak pasti. Ianya adalah di dalam bahasa Inggeris.

Ianya berkisarkan perbankan Islam, iaitu transaksi yang dijalankan oleh perbankkan Islam. Sebagai contoh pinjaman perumahan. Menurut penceramah, berdasarkan dari hadis Nabi SAW, terdapat 4 kumpulan yang di sasarkan sebagai dosa besar, iaitu orang yang memberi Riba’, penerima Riba’, orang yang merekodkan transaksi Riba’ dan 2 orang saksi.

Hadis, Jabir r.a. meriwayatkan:
"Rasulullah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan dua orang yang menjadi saksinya. Dan beliau bersabda: mereka itu sama." (Riwayat Muslim)

Selepas aku meneliti vidoe tersebut, teringat pada isteriku yang mana beliau sendiri adalah seorang pekerja di sebuah institusi kewangan yang terbesar di Malaysia. Bagaimanakah nasib beliau? Apakah gaji yang beliau terima itu halal atau haram? Aku menjadi binggung.

Aku terus mencari beberapa keterangan mengenainya dan aku menemui sebuah laman web yang menulis artikel berkenaan perkara tersebut. Ingin aku kongsikan di sini akstrak dari laman web tersebut.

Point2 hukum boleh bekerja di bank:

  1. Tidak semua perniagaan yang dijalan di bank haram. Ada yang halal. Oleh itu gaji yg diperolehi bertaraf syubhat (kerana hasil pendapatan bank yg bercampur sumber halal + haram)
  2. Bekerja dengan baik serta dgn hati yg tidak rela & insaf. Perasaan yg merindui datangnya satu sistem yg diridhai Allah.
  3. Berganding bahu bersama umat Islam lain ke arah mewujudkan sistem tersebut.
  4. Bahaya akan datang jika dilarang semua umat Islam bekerja di bank. Org kafir akan ambil alih ekonomi negara dan umat.
  5. Boleh bekerja atas dasar darurat. Memenuhi keperluan asas kehidupan.

FATWA

Penjelasan hukum bekerja di bank berikut ini adalah berdasarkan fatwa al-Marhum Syeikh Jadul Ali Jadul Haq (bekas syeikh al-Azhar). entang faedah/bunga bank yang tergolong di dalam riba telah diketahui umum. Begitu juga tentang keharaman dan ancaman orang yang terlibat dengan riba. 

  1. Syeikh (Jadul Haq) mengatakan bahawa riba adalah haram secara syarak berdasarkan nas2 al-Quran, sunnah dan ijmak kaum muslimin. Manakala bekerja secara langsung dengan mana-mana pihak yang terbabit dengan riba samada menulis atau sbgnya dianggap sebagai membantu atas perbuatan yang haram. Berbuat demikian sudah tentu hukumnya haram menurut syarak. Ini ada dijelaskan oleh hadis riwayat Bukhari yg mencela pemakan riba, memberi makan dengan hasil riba, penulis dan dua saksinya.
  2. Hukum dan pencelaan hadis di atas adalah terhadap bank-bank yg segala urusannya di sekitar perniagaan/perkhidmatan yg haram sahaja. Tidak ada satupun yang halal seperti tidak ada pertukaran wang asing, kaunter muamalah Islam dsb yang dihalalkan. Jika begini, berhenti bekerja di bank tersebut adalah lebih baik. Jika di sana ada peluang pekerjaan lain yang halal, bekerjalah di tempat baru yang halal itu. Jika tidak ada peluang pekerjaan lain melainkan di bank berkenaan sahaja, teruskanlah bekerja di situ. Ia diiktibarkan sebagai dalam keadaaan darurat. Keadaan darurat dapat mengharuskan perkara yg haram (ad-dharuraat tubihul mahzuraat). Bekerjalah sehingga datang peluang pekerjaan lain yang sunyi dari perkara yg haram.
  3. Ada juga bank yang tidak hanya menjalankan urusan perniagaan/perkhidmatan yg haram sahaja, tetapi ada juga yang dihalalkan sebagaimana yang berlaku di malaysia:

Bank tersebut menjalankan perniagaan:
Perkhidmatan haram
Skim pinjaman yang dikenakan bunga, akaun yg pelbagai yang juga dengan faedah tertentu.

Perkhidmatan halal
Pengurup wang asing, bank draf, pembayaran bil-bil, kaunter muamalah Islam dsb. Ini bermakna, sumber pendapatan bank adalah hasil dari yang halal dan yang haram. Bercampur baur. Ulamak fikah berkata, jika bercampur aduk yang halal dengan yang haram, hendaklah diasingkan, dipisah-pisahkan yang halal satu tempat dan yang haram di satu tempat lain. Kita diharamkan membelanjakan harta/wang yang bercampur aduk antara yang halal dengan yang haram. Setelah dipisahkan/dapat dibezakan antara yg halal & yg haram barulah boleh digunakan untuk berbelanja.

Itu kalau dapat dibezakan. Jika dapat dipisah-pisahkan... Bagaimana jika tidak boleh dipisah-pisahkan? Seperti saudara-saudara muslim kita yang bekerja di bank yg pendapatannya bercampur aduk antara yg halal & yg haram. Gaji mereka bagaimana. Apa hukum mengambilnya, memakan, bahkan memberi makan kepada anak isteri dgnnya?

Kalau boleh dipisah-pisahkan tak mengapa. Contohnya, haa.. yg ini adalah hasil dari sumber halal. Yg ini pula dari sumber yg haram. Bolehlah saudara-saudara kita ini, mengambil gajinya dari sumber yg halal sahaja. Yg haram beri pada pekerja non muslim. Bolehkah lakukan begitu? Sudah tentu mustahil. Dalam keadaan mustahil memisah-misahkan antara sumber yg halal & yg haram, para ulamak silam dari pelbagai mazhab ada menyatakan pendapat masing-masing, antara mereka ialah para ulamak dari mazhab Hanafi, pendapat dari Imam Ahmad bin Hanbal sendiri, al-Zarkasyi al-Syafi'i, Ibnu Sholah dan al-Nawawi. Dari pendapat mereka ini dapat disimpulkan bahawa tidak mengapa membelanjakan harta/wang yang bercampur halal + haram yang mustahil dapat dipisah-pisahkan. Jadi, bekerja di bank berkenaan dalam keadaan begini secara umumnya adalah harus.

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali berkata di dalam Ihya' Ulumuddin:
"Apabila di dalam negara telah bercampur dengan yang haram tanpa batasnya lagi, tidak haram membeli darinya, bahkan mengambil darinya. Melainkan, jika ada kedapatan tanda-tanda ia adalah dari yang haram. Jika tidak kedapatan tanda-tanda berkenaan, maka tidak diharamkan (dibolehkan). Tetapi, meninggalkannya adalah perbuatan warak yang disukai (syarak)."

Kesimpulan

Pertama
a) Bekerja di bank adakalanya harus sebab darurat. 
b) Adakalanya harus disebabkan gaji pekerja adalah dari penghasilan bank yang pelbagai (secara umumnya)- halal + haram. Sedangkan ia tidak dapat dipisah-pisahkan dan dibezakan antara yg halal dan yg haram.

Kedua
Jika telah jelas bekerja dengan bank adalah halal menurut syarak berdasarkan faktor a & b di atas, maka seseorang muslim tidak boleh menghalang orang lain termasuk saudara-saudaranya untuk bekerja di bank. Begitu juga tidak boleh menghalang seseorang muslim dari memakan, memberi makan, menerima hadiah dsb hasil dari gaji bekerja di bank.

Ketiga
Pekerja bank seperti di atas, tidak termasuk di dalam laknat dan celaan Rasulullah s.a.w. di dalam hadisnya:
"Rasulullah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan dua orang yang menjadi saksinya dan penulisnya." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan al-Tarmizi)

Ini berdasarkan penjelasan di atas.

Intaha jadul Haq

Para pekerja bank, tidaklah boleh bersenang hati dengan hukum ini. Sebaliknya mereka hendaklah lebih kuat bekerja untuk memberi kesedaran kepada umat ini. Lakukan dengan segala apa yang ada pada diri kalian. Tariklah mereka semua agar dapat bersama-sama ke dalam golongan umat Islam yang mahukan ekonomi kuffar ini terlerai dari belenggu mereka. 

Umat Islam yang lain janganlah hendaknya memandang serong terhadap saudara-saudara muslim kita yang berkhidmat di bank-bank berkenaan. Mereka tidak boleh mendabik dada bahawa mereka terlepas dari apa yang dialami oleh saudara-saudara kita pekerja bank.

Cuba renungkan pertanyaan ini:

"Ustaz, saya ni bekerja dengan kerajaan (bukan dgn bank).. Macamana dengan gaji saya? Halal Atau tidak? Sumber yang diperolehi oleh kerajaan, ada yang dtg dari cukai judi, arak, rumah pelacuran, kelab malam, hiburan, pelaburan yg diharamkan....bla--bla...bla....bla--bla...bla....bla--bla...bla...."

Pertanyaan kami pula: "Apakah tidak sama masalahnya dengan mereka yg bekerja dibank?"

Wallahu a'lam.

Sumber bacaan:
ADAKAH DIBENARKAN UNTUK BEKERJA DI BANK?

Apakah Hukum Pekerja Bank

Assalamualaikum,
Dah agak lama tidak menulis. Maklumlah, agak sibuk dengan urusan kerja dan mengurus majlis perkahwinan adik ipar bongsu.
Sebentar tadi sambil aku melepaskan lelah dan berehat, aku melayari FB, dan terlihat sebuah video yang bertajuk “Muslihat Bank Islam”. Terbaca dari tajuknya agak menarik, apakah muslihatnya? Adakah ianya sebuah institusi perbankkan di Malaysia. Lantas aku melayani vidoe tersebut, ianya adalah sebuah ceramah agama, di mana aku pun tak pasti. Ianya adalah di dalam bahasa Inggeris.
Ianya berkisarkan perbankan Islam, iaitu transaksi yang dijalankan oleh perbankkan Islam. Sebagai contoh pinjaman perumahan. Menurut penceramah, berdasarkan dari hadis Nabi SAW, terdapat 4 kumpulan yang di sasarkan sebagai dosa besar, iaitu orang yang memberi Riba’, penerima Riba’, orang yang merekodkan transaksi Riba’ dan 2 orang saksi.
Hadis, Jabir r.a. meriwayatkan:
"Rasulullah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan hasil riba, dan dua orang yang menjadi saksinya. Dan beliau bersabda: mereka itu sama." (Riwayat Muslim)
Selepas aku meneliti vidoe tersebut, teringat pada isteriku yang mana beliau sendiri adalah seorang pekerja di sebuah institusi kewangan yang terbesar di Malaysia. Bagaimanakah nasib beliau? Apakah gaji yang beliau terima itu halal atau haram? Aku menjadi binggung. Aku terus mencari beberapa keterangan mengenainya dan aku menemui sebuah laman web yang menulis artikel berkenaan perkara tersebut. Ingin aku kongsikan di sini akstrak dari laman web tersebut.